P E N Y E M P U A N

Oleh -

Ribuan Bunga tumbuh dengan indahnya
Menggoda setiap mata yang melihat
Berkembang dan mekar merekah
Begitulah kau tercipta

Beberapa layu sebelum mekar
Beberapa pula kering sebelum matang
Ketika darah dara mulai menetes
Centil cerdik mulai merayu

Menutup dan merapat pun kerap menipu
Berusaha baik untuk hasil sempurna
Sesekali kecewa, seringkali berakhir ngenas
Itam idung belang mudah mengerayapi
lembar nilai jadi undian hadiahnya
Tergoda dengan iming-iming

Kain segenap digunting kurang
Yang kurang sengaja disobek
Katanya itu modern, itu trend
Trend masa murah meriah

Tampil dengan gincung merona
Entah ajakan bermain,
atau sekedar cuap belaka
Hitam putih jadi abu-abu
Mencipta warna yang lain
untuk kesenangan

Lainnya memilih bunga langkah
Tercipta tak sembarang melihat
Bagai ratu ia tak mudah ditemui
Indah yang tak mampu terjelaskan

Taman-taman tak ada yang tak menarik
Warna warni ciptaanNya indah tiada Tara
Seperti pelangi, seperti lukisan
Seperti aku, kamu, kita, dan mereka

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Di - UJUNG

Oleh -
Kini kuberada pada ujung tombak harap Tiada yang lebih kuyakini selain yakinku padaNya, Tuhanku Tak pernah keluh lidahku senantiasa memohon Tak henti jiwaku merintih mengharap Semoga yang kusemogakan menemu Di ujung gelap kemarin Deretan bulir itu jatuh, tumpah. Tanpa kuingin Gelap menjadi saksi dan sepi menjadi kawan Sesekali nyanyian malam mencampuri keheningan itu Di ujung gelap kemarin Rangkaian gelisah menemu titahnya Ia menyerahkan segala dirinya Hingga, hilang dan tersapu bersih Pun, beberapa menjelma huruf Di tongkronganku kali ini Kusampaikan pada angin malam Tentang cerita dan kisah dua insan yang saling yakin, yang menyimpan yakin pada pemilik Yakin Hingga tak lusuh jiwanya memohon Tak kering bibirnya meminta, dan Tak henti hatinya mengharap
Read more

Rentetan Waktu

Oleh -
Kala itu kita senang bercerita Hanya bercerita dalam diam Hingga sama bermain pada gelas-gelas pertemuan kita Seakan penuh cerita atau penuh bahagia bertemu Waktu itu, jarak mulai melerai Memisah dengan denting jam Bahkan tak ada lagi hitam dan putih Chat yang kutunggu tak lagi jadi ruang komunikasi kita Pahit manis menjadi hambar Kaca layarku pun menjadi buram Hari itu jalan mulai tertetapkan Dan layar kaca menjadi bening, kemudian tiada Malam itu segala kulepas Tidak rindu, Tidak hujan, Tidak kau, Hingga kupercaya kedewasaan mampu memahami dari balik kenangan, dari balik masa silam, dari balik ketetapan, Hingga menemu ikhlas
Read more

Perempuan dan Kopinya

Oleh -
Perempuan dan kopinya Seunik ia mencinta kopi tak tergantung padanya Karena ia bebas meneguk Tak butuh 3 kali sehari Karena ia bukan obat yang harus rutin Terteguk Perempuan dan kopinya Tak menunggu malam untuk memecah aroma rindu Tak menunggu pagi Melerai angan-angan Sebab malam dan pagi perpaduan indah Layaknya hitam kopi pada cangkir putih Perempuan dan kopinya Menari pada ampas pinggiran kopi yang mencipta lingkaran indah bibir gelas Memisahkan diri dari teguk dan ampas yang menjadi genangan pekat kopi Namun melahirkan syair-syair aroma rindu
Read more